Pada bab yang lalu kalian telah mempelajari Perang Dunia II.
Tentu kalian masih ingat bukan akhir dari PD II? Ya, setelah kedu
kotanya dibom atom akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Akibatnya di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Momentum tersebut
dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk mengumandangkan kemerdekaan. Namun
kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia ternyata masih
membutuhkan pengorbanan untuk dipertahankan. Bagaimana bentuk-bentuk
perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan? Agar
kalian dapat memahaminya, maka ikutilah pembahasan berikut ini!
A. Perjuangan Rakyat dan Pemerintah di Daerah dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Penyerahan kekuasaan Jepang kepada Sekutu dilakukan oleh Komando Asia
Tenggara (South East Asia Command atau SEAC) di bawah pimpinan
Laksamana Lord Louis Mounbatten. Pasukan Sekutu yang bertugas di
Indonesia adalah Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang
dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison. AFNEI merupakan
komando bawahan dari SEAC. Tugas AFNEI di Indonesia adalah:
1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang,
2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu,
3. melucuti orang-orang Jepang dan kemudian dipulangkan ke negaranya,
4. menjaga keamanan dan ketertiban (law and order), dan
5. menghimpun keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yang dianggap sebagai penjahat perang.
Pada awalnya rakyat Indonesia menyambut kedatangan Sekutu dengan senang. Akan tetapi setelah diketahui NICA ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. Kedatangan NICA di Indonesia didorong oleh keinginan menegakkan kembali Hindia Belanda dan berkuasa lagi di Indonesia. Datangnya pasukan Sekutu yang diboncengi NICA mengundang perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Berikut ini berbagai perlawanan terhadap Sekutu yang muncul di daerah-daerah.
1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Surabaya merupakan kota pahlawan. Surabaya menjadi ajang pertempuran
yang paling hebat selama revolusi mempertahankan kemerdekaan, sehingga
menjadi lambang perlawanan nasional. Peristiwa di Surabaya merupakan
rangkaian kejadian yang diawali sejak kedatangan pasukan Sekutu tanggal
25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby. Pada tanggal
30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank Internatio
di Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen Mallaby. Akibat
meninggalnya Brigjen Mallaby, Inggris memberi ultimatum, isinya agar
rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu. Secara resmi rakyat Surabaya,
yang diwakili Gubernur Suryo menolak ultimatum Inggris. Akibatnya pada
tanggal 10 November 1945 pagi hari, pasukan Inggris mengerahkan pasukan
infantri dengan senjatasenjata berat dan menyerbu Surabaya dari darat,
laut, maupun udara.
JELI Jendela Info
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya telah menciptakan pekik persatuan demi revolusi yaitu merdeka atau mati. Di samping itu juga merupakan titik balik bagi Belanda karena mengejutkan pihak Belanda yang tidak menyangka kekuatan RI mendapat dukungan rakyat.
Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Bung Tomo memimpin rakyat dengan berpidato membangkitkan semangat lewat radio. Pertempuran berlangsung selama tiga minggu. Akibat pertempuran tersebut 6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh pertempuran Surabaya berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.
2. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15
Desember 1945, antara pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan
Sekutu (Inggris). Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi
di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945
di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan
Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan
gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol
Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa
berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat
posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota
Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR
mengusir Sekutu dari Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.
JELI Jendela Info
Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa “Palagan Ambarawa”. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen Palagan Ambarawa di tengah kota Ambarawa.
3. Pertempuran Medan Area 1 Desember 1945
Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA
mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly. Awalnya
mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara
sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara
Belanda). Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal
13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA)
merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda
Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi
perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan
NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papanpapan
yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota
Medan. Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris
dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di
kota Medan. Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk
melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10
Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan
pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan
dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat
Medan Area.
4. Bandung Lautan Api
Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari datangnya Sekutu
pada bulan Oktober 1945. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ultimatum
Sekutu untuk mengosongkan kota Bandung. Pada tanggal 21 November 1945,
Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama isinya kota Bandung bagian Utara
selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh para
pejuang. Ultimatum tersebut tidak ditanggapi oleh para pejuang.
Selanjutnya tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan ultimatum kembali.
Isinya hampir sama dengan ultimatum yang pertama. Menghadapi ultimatum
tersebut para pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang
berbeda. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan agar TRI mengosongkan
kota Bandung. Sementara markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar
Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya para pejuang mematuhi perintah dari
Jakarta. Pada tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan
Bandung. Namun, sebelumnya mereka menyerang Sekutu dan membumihanguskan
kota Bandung. Tujuannya agar Sekutu tidak dapat menduduki dan
memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini dikenal dengan
Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang dan rakyat Bandung
mengungsi ke luar kota.
JELI Jendela Info
Dalam peristiwa Bandung Lautan Api gugur seorang pahlawan yang bernama Moh. Toha. Untuk mengabadikan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, seorang komposer yang bernama Ismail Marzuki menciptakan lagu “Halo- Halo Bandung”.
5. Puputan Margarana 20 November 1946
Perang Puputan Margarana di Bali diawali dari keinginan Belanda
mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT). Letkol I Gusti Ngurah Rai,
Komandan Resimen Nusa Tenggara, berusaha menggagalkan pembentukan NIT
dengan mengadakan serangan ke tangsi NICA di Tabanan tanggal 18 Desember
1946. Konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai (yang dikenal dengan
nama pasukan Ciung Wanara) ditempatkan di Desa Adeng Kecamatan Marga.
Belanda menjadi gempar dan berusaha mencari pusat kedudukan pasukan
Ciung
Wanara. Pada tanggal 20 November 1946 dengan kekuatan besar Belanda melancarkan serangan dari udara terhadap kedudukan Ngurah Rai di desa Marga.
Dalam keadaan kritis, Letkol I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan perintah “Puputan” yang berarti bertempur sampai habis-habisan (fight to the end). Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur beserta seluruh anggota pasukan dalam pertempuran tersebut. Jenazahnya dimakamkan di desa Marga. Pertempuran tersebut terkenal dengan nama Puputan Margarana. Gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai telah melicinkan jalan bagi usaha Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur.
JELI Jendela Info
Untuk mengenang jasa Letkol I Gusti Ngurah Rai, maka nama I Gusti Ngurah Rai diabadikan menjadi sebuah nama bandara di Denpasar, Bali. Nama Bandara tersebut adalah bandara “Ngurah Rai”. Di samping itu juga dianugerahi sebagai Pahlawan Anumerta.
6. Serangan Umum 1 Maret 1949
Dalam agresi militer II, Belanda berhasil menangkap para pemimpin
politik dan menduduki ibukota RI di Yogyakarta. Belanda ingin
menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintahan RI telah dihancurkan dan TNI
tidak memiliki kekuatan lagi. Menghadapi tindakan Belanda
tersebut, TNI menyusun kekuatan untuk melawan Belanda. Puncak serangan TNI adalah serangan umum terhadap kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh Letkol Soeharto. Sebelumnya, Letkol Soeharto mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam serangan ini, TNI memakai sistem wehrkreise.
Untuk memudahkan penyerangan, maka dibentuk beberapa sektor yaitu:
a. sektor Barat dipimpin oleh Mayor Ventje Sumual,
b. sektor Selatan dan Timur dipimpin oleh Mayor Sardjono,
c. sektor Utara dipimpin oleh Mayor Kusno,
d. sektor Kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki.
Pada malam hari menjelang serangan umum, pasukan-pasukan telah merayap mendekati kota dan melakukan penyusupan-penyusupan. Pagi hari tanggal 1 Maret 1949 sekitar pukul 06.00 WIB tepat sirene berbunyi, serangan dilancarkan dari segala penjuru kota. Letkol Soeharto langsung memimpin penyerangan dari sektor Barat sampai batas Jalan Malioboro. Rakyat membantu memperlancar jalannya penyerangan dengan memberikan bantuan logistik. Dalam waktu enam jam kota Yogyakarta berhasil dikuasai TNI. Pada pukul 12.00 WIB tepat, pasukan TNI mengundurkan diri. Hal ini sesuai dengan rencana yang ditentukan sejak awal. Bersamaan dengan itu bantuan Belanda tiba dengan kendaraan lapis baja serta pesawat terbang. Belanda melakukan serangan balasan.
JELI Jendela Info
Pada masa Orde Baru, peran sentral dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 ditekankan pada Letkol Soeharto. Sedangkan pada masa Reformasi muncul pendapat tentang tokoh-tokoh lain yang berperan dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Jenderal Soedirman.
Meskipun demikian, serangan umum telah mencapai tujuannya. Berikut ini tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949.
2) Meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
2) Mematahkan moral pasukan Belanda. Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun “Monumen Yogya Kembali”.
B. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Belanda dalam Forum
Internasional dan Pengaruhnya terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Selain menggunakan perjuangan bersenjata, para pemimpin bangsa
melakukan perjuangan diplomasi. Untuk lebih jelasnya, kalian pelajari
beberapa contoh perjuangan diplomasi bangsa Indonesia dalam berbagai
forum internasional di bawah ini.
1. Diplomasi Beras Tahun 1946
Antara India dengan Indonesia terdapat persamaan nasib dan sejarah.
Keduanya sama-sama pernah dijajah dan menentang penjajahan. Oleh
karenanya, ketika rakyat India mengalami kekurangan bahan makanan,
pemerintah Indonesia menawarkan bantuan padi sejumlah 500.000 ton.
Perjanjian bantuan Indonesia kepada India ditandatangani tanggal 18 Mei
1946. Perjanjian ini sebenarnya merupakan barter kedua negara, sebab
India ternyata juga memberikan bantuan obat-obatan kepada Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan dari diplomasi beras adalah Indonesia semakin
mendapat simpati dunia internasional dalam perjuangannya mengusir
Belanda.
2. Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilakukan pada tangga 10 November 1946 di
Linggarjati, dekat Cirebon. Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili
oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof.
Scermerhorn. Perundingan tersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang
diplomat Inggris. Berikut ini beberapa keputusan Perundingan
Linggarjati.
a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra.
b. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Dalam perkembangan selanjutnya, Belanda melanggar ketentuan perundingan tersebut dengan melakukan agresi militer I tanggal 21 Juli 1947.
JELI Jendela Info
Meskipun isi Perundingan Linggarjati tidak menguntungkan bagi Indonesia, namun berhasil mengundang simpati internasional. Hal ini terbukti dengan adanya pengakuan kedaulatan oleh Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Lebanon, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Yaman, Saudi Arabia, dan Uni Soviet.
3. Agresi Militer Belanda I (Tanggal 21 Juli 1947)
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan aksi polisionil yang
dikenal dengan agresi militer I. Tujuannya adalah untuk menguasai
sarana-sarana vital di Jawa dan Madura. Jadi tujuan serangan ini
bersifat ekonomis. Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung
untuk menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki Madura.
Berbagai reaksi bermunculan akibat agresi militer I. Belanda tidak
menyangka apabila Amerika Serikat dan Inggris memberikan reaksi yang
negatif. Australia dan India mengajukan masalah Indonesia ini ke Dewan
Keamanan PBB.
JELI Jendela Info
Agresi Militer Belanda adalah serangan yang dilakukan oleh pasukan Belanda untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Agresi ini sering disebut dengan “aksi polisionil” yaitu perang melawan penjahat. Agresi militer dilakukan dua kali yaitu tanggal 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948.
Pada tanggal 4 Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah penghentian tembak menembak. Untuk mengawasi gencatan senjata, PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Anggota KTN ada tiga negara yaitu:
a. Belgia (dipilih oleh Belanda) dipimpin oleh Paul van Zeeland;
b. Australia (dipilih oleh Indonesia) dipimpin oleh Richard Kirby; dan
c. Amerika Serikat (dipilih oleh Indonesia dan Belanda) dipimpin Dr. Frank Graham.
Tugas utama KTN adalah mengawasi secara langsung penghentian tembak-menembak sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB. Dengan demikian masalah Indonesia menjadi masalah internasional. Secara diplomatis jelas sangat menguntungkan Indonesia. KTN berhasil mempertemukan Indonesia dengan Belanda dalam Perjanjian Renville. Selain itu juga mengembalikan para pemimpin Republik Indonesia yang ditawan Belanda di Bangka.
4. Perundingan Renville
Perundingan Renville dilaksanakan di atas Geladak Kapal Renville
milik Amerika Serikat tanggal 17 Januari 1948. Dalam perundingan
tersebut, pemerintah Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Amir
Syarifuddin. Sedangkan Belanda diwakili oleh Abdul Kadir Widjojoatmodjo.
Hasil perundingan tersebut adalah:
a. wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis van Mook),
b. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia Serikat terbentuk,
c. kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda,
d. RI merupakan bagian dari RIS, dan
e. pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.
Nasib dan kelanjutan Perundingan Renville relatif sama dengan Perundingan Linggarjati. Belanda kembali melanggar perjanjian dengan melakukan agresi militer II tanggal 19 Desember 1948.
5. Agresi Militer Belanda II, (Tanggal 19 Desember 1948)
Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan aksi polisionil ke
II. Belanda menduduki kota Yogyakarta, yang diawali dengan penerjunan
pasukan payung di Lapangan Udara Maguwo, serta mengepung dan
menghancurkan konsentrasikonsentrasi TNI. Dalam agresi kedua, Belanda
berhasil menduduki Yogyakarta dan menangkap para pemimpin politik serta
militer.
Meskipun para pemimpin politik ditangkap, pemerintahan Republik Indonesia tidak berhenti. Sebelum ditangkap Presiden Soekarno memberikan mandat melalui radiogram kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatra Barat. Melalui PDRI, pemerintahan tetap terus berjalan. PDRI mampu memberi instruksi kepada delegasi Indonesia di forum PBB untuk menerima penghentian tembak-menembak dan bersedia berunding dengan Belanda. Hal ini dilakukan dalam rangka menarik simpati dunia internasional. Selain itu untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintahan RI masih terus berjalan meskipun para pemimpin politik ditawan oleh Belanda.
JELI Jendela Info
Meskipun para pemimpin RI ditangkap, Belanda tidak menangkap Sri Sultan Hamengku Buwono IX karena Belanda khawatir apabila Sri Sultan Hamengku Buwono IX ditangkap akan membangkitkan perlawanan rakyat Yogyakarta.
6. Konferensi Asia di New Delhi
Konferensi Asia di New Delhi di selenggarakan pada tanggal 20 - 25
Januari 1949. Dalam konferensi tersebut hadir 19 negara termasuk utusan
dari Mesir, Italia, dan New Zealand. Wakil-wakil dari Indonesia antara
lain Mr. Utoyo Ramelan, Sumitro Djoyohadikusumo, H. Rosyidi, dan
lain-lain. Hasil konferensi meliputi:
a. pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta,
b. pembentukan pemerintahan ad interim sebelum tanggal 15 Maret 1949,
c. penarikan tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia, dan
d. penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat paling lambat tanggal 1 Januari 1950.
Menanggapi rekomendasi Konferensi New Delhi, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi tanggal 28 Januari 1949 yang isinya:
a. penghentian operasi militer dan gerilya,
b. pembebasan tahanan politik Indonesia oleh Belanda,
c. pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, dan
d. akan diadakan perundingan secepatnya.
Dampak Konferensi Asia di New Delhi sangat jelas. Indonesia semakin mendapat dukungan internasional dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda.
7. Perundingan Roem - Royen
Terjadinya Agresi Militer Belanda menimbulkan reaksi yang cukup keras
dari Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB. Hal ini tidak lepas dari
kemampuan pada diplomat Indonesia dalam memperjuangkan dan menjelaskan
realita di PBB. Salah satunya adalah L.N. Palar. Sebagai reaksi dari
Agresi Militer Belanda, PBB memperluas kewenangan KTN. Komisi Tiga
Negara diubah menjadi UNCI. UNCI kependekan dari United Nations
Commission for Indonesia. UNCI dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika
Serikat) dibantu Critchley (Australia) dan Harremans (Belgia). Hasil
kerja UNCI di antaranya mengadakan Perjanjian Roem-Royen antara
Indonesia Belanda. Perjanjian Roem-Royen diadakan tanggal 14 April 1949
di Hotel Des Indes, Jakarta. Sebagai wakil dari PBB adalah Merle Cochran
(Amerika Serikat), delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh.
Roem, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen. Dalam
perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak mengajukan statement.
JELI Jendela Info
Sejarah diplomasi di Indonesia mengenal istilah “pejuang diplomat” atau “diplomat pejuang”. Julukan ini diberikan kepada Mohammad Hatta, H. Agus Salim, Sutan Syahrir, Mohammad Roem, Roeslan Abdul Gani, L.N. Palar, Adam Malik, dan Soedjatmoko.
Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah Republik Indonesia untuk:
a. menghentikan perang gerilya,
b. bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan, dan
c. ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat pengakuan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat dengan tanpa syarat.
Pernyataan dari delegasi Belanda, yaitu:
a. menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta,
b. menjamin penghentian gerakan militer dan pembebasan semua tahanan politik,
c. tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948
d. menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari RIS, dan
e. berusaha agar KMB segera diadakan sesudah RI kembali ke Yogyakarta.
Dari dua usulan tersebut akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani tanggal 7 Mei 1949. Kesepakatan antara lain:
a. Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk menghentikan tembak-menembak dan bekerja sama untuk menciptakan keamanan.
b. Pemerintah Belanda akan segera mengembalikan pemerintah Indonesia ke Yogyakarta, dan
c. kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
8. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan
Roem-Royen. Sebelum KMB dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan dengan
BFO (Badan Permusyawaratan Federal). Pertemuan ini dikenal dengan dengan
Konferensi Inter-Indonesia (KII) Tujuannya untuk menyamakan langkah dan
sikap sesama bangsa Indonesia dalam menghadapi KMB.
Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan difokuskan pada pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan yang cukup penting adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa ikatan politik dan ekonomi. Pada bidang pertahanan diputuskan:
a. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional,
b. TNI menjadi inti APRIS, dan
c. negara bagian tidak memiliki angkatan perang sendiri.
KMB merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949. Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI. Berikut ini para delegasi yang hadir dalam KMB.
a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo.
b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI diwakili oleh Chritchley.
JELI Jendela Info
Dalam KMB terdapat beberapa permasalahan yang sulit dipecahkan yaitu masalah Uni Indonesia- Belanda, masalah hutang, permasalahan Irian Barat, dan delegasi Indonesia menghendaki istilah pengakuan kedaulatan.
Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, akhirnya KMB menghasilkan beberapa keputusan berikut.
a. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
f. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan penandatanganan pengakuan kedaulatan secara bersamaan di Belanda dan di Indonesia. Di negeri Belanda, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J. A. Sassen, dan Drs. Moh. Hatta, bersama menandatangani naskah pengakuan kedaulatan. Sedangkan di Jakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.J. Lovink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.
Berikut ini dampak dan pengaruh KMB bagi rakyat Indonesia.
a. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat dimulai.
c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
A. Perjuangan Rakyat dan Pemerintah di Daerah dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Penyerahan kekuasaan Jepang kepada Sekutu dilakukan oleh Komando Asia
Tenggara (South East Asia Command atau SEAC) di bawah pimpinan
Laksamana Lord Louis Mounbatten. Pasukan Sekutu yang bertugas di
Indonesia adalah Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang
dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison. AFNEI merupakan
komando bawahan dari SEAC. Tugas AFNEI di Indonesia adalah:1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang,
2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu,
3. melucuti orang-orang Jepang dan kemudian dipulangkan ke negaranya,
4. menjaga keamanan dan ketertiban (law and order), dan
5. menghimpun keterangan guna menyelidiki pihak-pihak yang dianggap sebagai penjahat perang.
Pada awalnya rakyat Indonesia menyambut kedatangan Sekutu dengan senang. Akan tetapi setelah diketahui NICA ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. Kedatangan NICA di Indonesia didorong oleh keinginan menegakkan kembali Hindia Belanda dan berkuasa lagi di Indonesia. Datangnya pasukan Sekutu yang diboncengi NICA mengundang perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Berikut ini berbagai perlawanan terhadap Sekutu yang muncul di daerah-daerah.
1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Surabaya merupakan kota pahlawan. Surabaya menjadi ajang pertempuran
yang paling hebat selama revolusi mempertahankan kemerdekaan, sehingga
menjadi lambang perlawanan nasional. Peristiwa di Surabaya merupakan
rangkaian kejadian yang diawali sejak kedatangan pasukan Sekutu tanggal
25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby. Pada tanggal
30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank Internatio
di Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen Mallaby. Akibat
meninggalnya Brigjen Mallaby, Inggris memberi ultimatum, isinya agar
rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu. Secara resmi rakyat Surabaya,
yang diwakili Gubernur Suryo menolak ultimatum Inggris. Akibatnya pada
tanggal 10 November 1945 pagi hari, pasukan Inggris mengerahkan pasukan
infantri dengan senjatasenjata berat dan menyerbu Surabaya dari darat,
laut, maupun udara.JELI Jendela Info
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya telah menciptakan pekik persatuan demi revolusi yaitu merdeka atau mati. Di samping itu juga merupakan titik balik bagi Belanda karena mengejutkan pihak Belanda yang tidak menyangka kekuatan RI mendapat dukungan rakyat.
Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Bung Tomo memimpin rakyat dengan berpidato membangkitkan semangat lewat radio. Pertempuran berlangsung selama tiga minggu. Akibat pertempuran tersebut 6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh pertempuran Surabaya berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.
2. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15
Desember 1945, antara pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan
Sekutu (Inggris). Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi
di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945
di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan
Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan
gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol
Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa
berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat
posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota
Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR
mengusir Sekutu dari Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.JELI Jendela Info
Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa “Palagan Ambarawa”. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen Palagan Ambarawa di tengah kota Ambarawa.
3. Pertempuran Medan Area 1 Desember 1945
Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA
mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly. Awalnya
mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara
sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara
Belanda). Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal
13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA)
merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda
Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi
perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan
NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papanpapan
yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota
Medan. Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris
dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di
kota Medan. Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk
melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10
Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan
pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan
dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat
Medan Area.
4. Bandung Lautan Api
Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari datangnya Sekutu
pada bulan Oktober 1945. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ultimatum
Sekutu untuk mengosongkan kota Bandung. Pada tanggal 21 November 1945,
Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama isinya kota Bandung bagian Utara
selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh para
pejuang. Ultimatum tersebut tidak ditanggapi oleh para pejuang.
Selanjutnya tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan ultimatum kembali.
Isinya hampir sama dengan ultimatum yang pertama. Menghadapi ultimatum
tersebut para pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang
berbeda. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan agar TRI mengosongkan
kota Bandung. Sementara markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar
Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya para pejuang mematuhi perintah dari
Jakarta. Pada tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan
Bandung. Namun, sebelumnya mereka menyerang Sekutu dan membumihanguskan
kota Bandung. Tujuannya agar Sekutu tidak dapat menduduki dan
memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini dikenal dengan
Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang dan rakyat Bandung
mengungsi ke luar kota. JELI Jendela Info
Dalam peristiwa Bandung Lautan Api gugur seorang pahlawan yang bernama Moh. Toha. Untuk mengabadikan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, seorang komposer yang bernama Ismail Marzuki menciptakan lagu “Halo- Halo Bandung”.
5. Puputan Margarana 20 November 1946
Perang Puputan Margarana di Bali diawali dari keinginan Belanda
mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT). Letkol I Gusti Ngurah Rai,
Komandan Resimen Nusa Tenggara, berusaha menggagalkan pembentukan NIT
dengan mengadakan serangan ke tangsi NICA di Tabanan tanggal 18 Desember
1946. Konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai (yang dikenal dengan
nama pasukan Ciung Wanara) ditempatkan di Desa Adeng Kecamatan Marga.
Belanda menjadi gempar dan berusaha mencari pusat kedudukan pasukan
CiungWanara. Pada tanggal 20 November 1946 dengan kekuatan besar Belanda melancarkan serangan dari udara terhadap kedudukan Ngurah Rai di desa Marga.
Dalam keadaan kritis, Letkol I Gusti Ngurah Rai mengeluarkan perintah “Puputan” yang berarti bertempur sampai habis-habisan (fight to the end). Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur beserta seluruh anggota pasukan dalam pertempuran tersebut. Jenazahnya dimakamkan di desa Marga. Pertempuran tersebut terkenal dengan nama Puputan Margarana. Gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai telah melicinkan jalan bagi usaha Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur.
JELI Jendela Info
Untuk mengenang jasa Letkol I Gusti Ngurah Rai, maka nama I Gusti Ngurah Rai diabadikan menjadi sebuah nama bandara di Denpasar, Bali. Nama Bandara tersebut adalah bandara “Ngurah Rai”. Di samping itu juga dianugerahi sebagai Pahlawan Anumerta.
6. Serangan Umum 1 Maret 1949
Dalam agresi militer II, Belanda berhasil menangkap para pemimpin
politik dan menduduki ibukota RI di Yogyakarta. Belanda ingin
menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintahan RI telah dihancurkan dan TNI
tidak memiliki kekuatan lagi. Menghadapi tindakan Belandatersebut, TNI menyusun kekuatan untuk melawan Belanda. Puncak serangan TNI adalah serangan umum terhadap kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh Letkol Soeharto. Sebelumnya, Letkol Soeharto mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam serangan ini, TNI memakai sistem wehrkreise.
Untuk memudahkan penyerangan, maka dibentuk beberapa sektor yaitu:
a. sektor Barat dipimpin oleh Mayor Ventje Sumual,
b. sektor Selatan dan Timur dipimpin oleh Mayor Sardjono,
c. sektor Utara dipimpin oleh Mayor Kusno,
d. sektor Kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki.
Pada malam hari menjelang serangan umum, pasukan-pasukan telah merayap mendekati kota dan melakukan penyusupan-penyusupan. Pagi hari tanggal 1 Maret 1949 sekitar pukul 06.00 WIB tepat sirene berbunyi, serangan dilancarkan dari segala penjuru kota. Letkol Soeharto langsung memimpin penyerangan dari sektor Barat sampai batas Jalan Malioboro. Rakyat membantu memperlancar jalannya penyerangan dengan memberikan bantuan logistik. Dalam waktu enam jam kota Yogyakarta berhasil dikuasai TNI. Pada pukul 12.00 WIB tepat, pasukan TNI mengundurkan diri. Hal ini sesuai dengan rencana yang ditentukan sejak awal. Bersamaan dengan itu bantuan Belanda tiba dengan kendaraan lapis baja serta pesawat terbang. Belanda melakukan serangan balasan.
JELI Jendela Info
Pada masa Orde Baru, peran sentral dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 ditekankan pada Letkol Soeharto. Sedangkan pada masa Reformasi muncul pendapat tentang tokoh-tokoh lain yang berperan dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Jenderal Soedirman.
Meskipun demikian, serangan umum telah mencapai tujuannya. Berikut ini tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949.
a. Ke dalam
1) Mendukung perjuangan yang dilakukan secara diplomasi.2) Meninggikan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
b. Ke luar
1) Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk mengadakan ofensif.2) Mematahkan moral pasukan Belanda. Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 maka pemerintah Yogyakarta membangun “Monumen Yogya Kembali”.
B. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Belanda dalam Forum
Internasional dan Pengaruhnya terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Selain menggunakan perjuangan bersenjata, para pemimpin bangsa
melakukan perjuangan diplomasi. Untuk lebih jelasnya, kalian pelajari
beberapa contoh perjuangan diplomasi bangsa Indonesia dalam berbagai
forum internasional di bawah ini.
1. Diplomasi Beras Tahun 1946
Antara India dengan Indonesia terdapat persamaan nasib dan sejarah.
Keduanya sama-sama pernah dijajah dan menentang penjajahan. Oleh
karenanya, ketika rakyat India mengalami kekurangan bahan makanan,
pemerintah Indonesia menawarkan bantuan padi sejumlah 500.000 ton.
Perjanjian bantuan Indonesia kepada India ditandatangani tanggal 18 Mei
1946. Perjanjian ini sebenarnya merupakan barter kedua negara, sebab
India ternyata juga memberikan bantuan obat-obatan kepada Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan dari diplomasi beras adalah Indonesia semakin
mendapat simpati dunia internasional dalam perjuangannya mengusir
Belanda.
2. Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilakukan pada tangga 10 November 1946 di
Linggarjati, dekat Cirebon. Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili
oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof.
Scermerhorn. Perundingan tersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang
diplomat Inggris. Berikut ini beberapa keputusan Perundingan
Linggarjati.a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra.
b. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Dalam perkembangan selanjutnya, Belanda melanggar ketentuan perundingan tersebut dengan melakukan agresi militer I tanggal 21 Juli 1947.
JELI Jendela Info
Meskipun isi Perundingan Linggarjati tidak menguntungkan bagi Indonesia, namun berhasil mengundang simpati internasional. Hal ini terbukti dengan adanya pengakuan kedaulatan oleh Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Lebanon, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Yaman, Saudi Arabia, dan Uni Soviet.
3. Agresi Militer Belanda I (Tanggal 21 Juli 1947)
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan aksi polisionil yang
dikenal dengan agresi militer I. Tujuannya adalah untuk menguasai
sarana-sarana vital di Jawa dan Madura. Jadi tujuan serangan ini
bersifat ekonomis. Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung
untuk menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki Madura.
Berbagai reaksi bermunculan akibat agresi militer I. Belanda tidak
menyangka apabila Amerika Serikat dan Inggris memberikan reaksi yang
negatif. Australia dan India mengajukan masalah Indonesia ini ke Dewan
Keamanan PBB.JELI Jendela Info
Agresi Militer Belanda adalah serangan yang dilakukan oleh pasukan Belanda untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Agresi ini sering disebut dengan “aksi polisionil” yaitu perang melawan penjahat. Agresi militer dilakukan dua kali yaitu tanggal 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948.
Pada tanggal 4 Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah penghentian tembak menembak. Untuk mengawasi gencatan senjata, PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Anggota KTN ada tiga negara yaitu:
a. Belgia (dipilih oleh Belanda) dipimpin oleh Paul van Zeeland;
b. Australia (dipilih oleh Indonesia) dipimpin oleh Richard Kirby; dan
c. Amerika Serikat (dipilih oleh Indonesia dan Belanda) dipimpin Dr. Frank Graham.
Tugas utama KTN adalah mengawasi secara langsung penghentian tembak-menembak sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB. Dengan demikian masalah Indonesia menjadi masalah internasional. Secara diplomatis jelas sangat menguntungkan Indonesia. KTN berhasil mempertemukan Indonesia dengan Belanda dalam Perjanjian Renville. Selain itu juga mengembalikan para pemimpin Republik Indonesia yang ditawan Belanda di Bangka.
4. Perundingan Renville
Perundingan Renville dilaksanakan di atas Geladak Kapal Renville
milik Amerika Serikat tanggal 17 Januari 1948. Dalam perundingan
tersebut, pemerintah Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Amir
Syarifuddin. Sedangkan Belanda diwakili oleh Abdul Kadir Widjojoatmodjo.
Hasil perundingan tersebut adalah:a. wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis van Mook),
b. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia Serikat terbentuk,
c. kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda,
d. RI merupakan bagian dari RIS, dan
e. pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.
Nasib dan kelanjutan Perundingan Renville relatif sama dengan Perundingan Linggarjati. Belanda kembali melanggar perjanjian dengan melakukan agresi militer II tanggal 19 Desember 1948.
5. Agresi Militer Belanda II, (Tanggal 19 Desember 1948)
Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan aksi polisionil ke
II. Belanda menduduki kota Yogyakarta, yang diawali dengan penerjunan
pasukan payung di Lapangan Udara Maguwo, serta mengepung dan
menghancurkan konsentrasikonsentrasi TNI. Dalam agresi kedua, Belanda
berhasil menduduki Yogyakarta dan menangkap para pemimpin politik serta
militer.Meskipun para pemimpin politik ditangkap, pemerintahan Republik Indonesia tidak berhenti. Sebelum ditangkap Presiden Soekarno memberikan mandat melalui radiogram kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatra Barat. Melalui PDRI, pemerintahan tetap terus berjalan. PDRI mampu memberi instruksi kepada delegasi Indonesia di forum PBB untuk menerima penghentian tembak-menembak dan bersedia berunding dengan Belanda. Hal ini dilakukan dalam rangka menarik simpati dunia internasional. Selain itu untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintahan RI masih terus berjalan meskipun para pemimpin politik ditawan oleh Belanda.
JELI Jendela Info
Meskipun para pemimpin RI ditangkap, Belanda tidak menangkap Sri Sultan Hamengku Buwono IX karena Belanda khawatir apabila Sri Sultan Hamengku Buwono IX ditangkap akan membangkitkan perlawanan rakyat Yogyakarta.
6. Konferensi Asia di New Delhi
Konferensi Asia di New Delhi di selenggarakan pada tanggal 20 - 25
Januari 1949. Dalam konferensi tersebut hadir 19 negara termasuk utusan
dari Mesir, Italia, dan New Zealand. Wakil-wakil dari Indonesia antara
lain Mr. Utoyo Ramelan, Sumitro Djoyohadikusumo, H. Rosyidi, dan
lain-lain. Hasil konferensi meliputi:a. pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta,
b. pembentukan pemerintahan ad interim sebelum tanggal 15 Maret 1949,
c. penarikan tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia, dan
d. penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat paling lambat tanggal 1 Januari 1950.
Menanggapi rekomendasi Konferensi New Delhi, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi tanggal 28 Januari 1949 yang isinya:
a. penghentian operasi militer dan gerilya,
b. pembebasan tahanan politik Indonesia oleh Belanda,
c. pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, dan
d. akan diadakan perundingan secepatnya.
Dampak Konferensi Asia di New Delhi sangat jelas. Indonesia semakin mendapat dukungan internasional dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda.
7. Perundingan Roem - Royen
Terjadinya Agresi Militer Belanda menimbulkan reaksi yang cukup keras
dari Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB. Hal ini tidak lepas dari
kemampuan pada diplomat Indonesia dalam memperjuangkan dan menjelaskan
realita di PBB. Salah satunya adalah L.N. Palar. Sebagai reaksi dari
Agresi Militer Belanda, PBB memperluas kewenangan KTN. Komisi Tiga
Negara diubah menjadi UNCI. UNCI kependekan dari United Nations
Commission for Indonesia. UNCI dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika
Serikat) dibantu Critchley (Australia) dan Harremans (Belgia). Hasil
kerja UNCI di antaranya mengadakan Perjanjian Roem-Royen antara
Indonesia Belanda. Perjanjian Roem-Royen diadakan tanggal 14 April 1949
di Hotel Des Indes, Jakarta. Sebagai wakil dari PBB adalah Merle Cochran
(Amerika Serikat), delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh.
Roem, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen. Dalam
perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak mengajukan statement. JELI Jendela Info
Sejarah diplomasi di Indonesia mengenal istilah “pejuang diplomat” atau “diplomat pejuang”. Julukan ini diberikan kepada Mohammad Hatta, H. Agus Salim, Sutan Syahrir, Mohammad Roem, Roeslan Abdul Gani, L.N. Palar, Adam Malik, dan Soedjatmoko.
Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah Republik Indonesia untuk:
a. menghentikan perang gerilya,
b. bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan, dan
c. ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk mempercepat pengakuan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat dengan tanpa syarat.
Pernyataan dari delegasi Belanda, yaitu:
a. menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta,
b. menjamin penghentian gerakan militer dan pembebasan semua tahanan politik,
c. tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948
d. menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari RIS, dan
e. berusaha agar KMB segera diadakan sesudah RI kembali ke Yogyakarta.
Dari dua usulan tersebut akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani tanggal 7 Mei 1949. Kesepakatan antara lain:
a. Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk menghentikan tembak-menembak dan bekerja sama untuk menciptakan keamanan.
b. Pemerintah Belanda akan segera mengembalikan pemerintah Indonesia ke Yogyakarta, dan
c. kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
8. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan
Roem-Royen. Sebelum KMB dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan dengan
BFO (Badan Permusyawaratan Federal). Pertemuan ini dikenal dengan dengan
Konferensi Inter-Indonesia (KII) Tujuannya untuk menyamakan langkah dan
sikap sesama bangsa Indonesia dalam menghadapi KMB.Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan difokuskan pada pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan yang cukup penting adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa ikatan politik dan ekonomi. Pada bidang pertahanan diputuskan:
a. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional,
b. TNI menjadi inti APRIS, dan
c. negara bagian tidak memiliki angkatan perang sendiri.
KMB merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949. Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI. Berikut ini para delegasi yang hadir dalam KMB.
a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo.
b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI diwakili oleh Chritchley.
JELI Jendela Info
Dalam KMB terdapat beberapa permasalahan yang sulit dipecahkan yaitu masalah Uni Indonesia- Belanda, masalah hutang, permasalahan Irian Barat, dan delegasi Indonesia menghendaki istilah pengakuan kedaulatan.
Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, akhirnya KMB menghasilkan beberapa keputusan berikut.
a. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
f. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan penandatanganan pengakuan kedaulatan secara bersamaan di Belanda dan di Indonesia. Di negeri Belanda, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J. A. Sassen, dan Drs. Moh. Hatta, bersama menandatangani naskah pengakuan kedaulatan. Sedangkan di Jakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.J. Lovink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.
Berikut ini dampak dan pengaruh KMB bagi rakyat Indonesia.
a. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat dimulai.
c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.